
Bakal besan Rosmah Mansor ada kaitan dengan Mafia Russia?
ISTERI Perdana Menteri, Rosmah Mansor terus-menerus menimbulkan kontroversi. Kali ini nama beliau tersiar di dalam media Indonesia dengan dakwaan yang lebih keras.
Rosmah Mansor dikatakan bakal berbesan dengan Maira Nazarbayev dari Kazakhstan yang dikatakan mempunyai watak boros seperti Imelda Marcos. Tambah menggemparkan, media Indonesia itu mendakwa bakal besan Rosmah itu ada kaitan dengan Mafia Russia. Rosmah Mansor juga didakwa selalu keluar bersama bakal besannya itu [Kompas].

Jika berita ini dikeluarkan dari media-media alternatif dalam negara, tentu sekali mudah untuk UMNO mengatakan bahawa ia merupakan fitnah Pakatan Rakyat yang mahu memburukkan Kerajaan Rosmah Mansor.
Namun berita ini keluar dari media berpengaruh Indonesia. Adakah media Indonesia sudah digodam oleh Pakatan Rakyat?

DALAM sepekan terakhir terjadi saling serang dan pembelaan antara media kubu oposisi dan media pro-pemerintah terkait kepemilikan cincin berlian senilai 24 juta dollar AS (setara Rp 203 miliar) dengan Datin Sri Rosmah Mansor, istri Perdana Menteri Malaysia Mohamad Najib bin Tun Haji Abdul Razak.
Jumat (29/7), Datin Sri Rosmah Mansor muncul dan mengungkapkan bantahan di harian berbahasa Inggris, The Star, yang menyatakan tuduhan itu adalah fitnah dan tidak berdasar.
Sejumlah foto pemberitahuan bea cukai (Kastam Malaysia) atas impor cincin berlian senilai lebih dari 24 juta dollar AS dari pialang berlian kelas dunia, Jacob and Co, di New York, AS, dan nama pengekspor atas nama Datin Sri Rosmah Mansor beredar luas di internet. Bantahan Datin Rosmah menghiasi halaman favorit di situs Thestaronline.com. Rosmah menduga ada pihak yang memanfaatkan namanya dikaitkan dengan cincin berlian yang harganya selangit itu.
Kontroversi Datin Rosmah
Pertengahan Juli, pengacara Perancis, William Bourdon, yang mewakili sejumlah aktivis pro-Demokrasi Malaysia, menggugat Perimekar Sdn Bhd atas dugaan suap dan korupsi dalam kasus kapal selam Scorpene. Ia ditahan imigrasi Malaysia, lalu dideportasi. Tindakan itu memicu protes dari penggiat hak asasi manusia di Malaysia, seperti lembaga Suara Rakyat Malaysia (Suaram).
Altantuya yang fasih berbahasa Rusia dan sejumlah bahasa asing, menurut pihak oposisi, mengerti betul seluk-beluk pembelian senjata yang digunakan Angkatan Tentera Diraja Malaysia itu. Karena menuntut terlalu banyak, akhirnya ia ditembak mati, lalu tubuhnya diledakkan. Situs berita Singapura,Channelnewsasia.com, pada 9 April 2009 melaporkan, dua polisi, Azilah Hadri dan Sirul Azhar Umar, dijatuhi hukuman mati karena menjadi eksekutor Altantuya. Namun, auktor intelektualis dan dugaan korupsi pembelian senjata tidak pernah disidangkan hingga pihak oposisi Malaysia mengajukan gugatan di Pengadilan Paris, Perancis.
Mungkinkah kasus cincin berlian 24 juta dollar AS ini nanti menjadi pintu perubahan dan demokratisasi Malaysia? Hanya rakyat Malaysia sendiri yang menentukan. (Iwan Santosa)
(Gambar2 sebagai Hiasan)
No comments:
Post a Comment