Sunday, February 27, 2011

ERTI SEBUAH KEMATIAN


Maut tidak mengenal usia!  Islam mengajar beberapa hal tentang penderitaan dan kematian:

  • Kematian adalah kepastian, dan tidak ada yang mampu menghalangi datangnya saat itu. Al-Quran: An-Nisa (4:78) menyebutkan: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…. Kita tidak boleh melarikan diri darinya kerana dia yang akan mengunjungi kita bila-bila masa tanpa diundang: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu. (al-Quran, al-Jumuah, 62:8).
  • Musibah adalah sebahagian dari taqdir, oleh itu manusia harus menyerahkan semuanya kembali pada Sang Khalik. Al-Quran, Al Baqarah (2:156): orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “ ان لله وان اليه راجعون“. Sebenarnya, kalimat yang bermakna semua yang berasal dari-Nya akan kembali pada-Nya ini tidak hanya untuk mengikhlaskan kematian, tetapi juga bila kita sendiri ditimpa bencana.
  • Manusia harus meyakini  semua kejadian di dunia termasuk musibah datang dari Allah. Al-Quran, At-Taghaabuun (64:11): Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah nescaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Hakikatnya, manusia merancang, Allah yang menentukan. Jadi, di atas bumi manusia boleh membuat rencana apapun, keinginan yang sebesar gunung sekalipun, namun pada akhirnya ada kekuatan besar yang bakal mewujudkan atau justeru membatalkan semua rencana itu.

Betapa kerdilnya sebenarnya manusia ini, krn dia tidak mampu menolak bala atau bencana, dan tidak mampu bersembunyi apalagi lari dari kematian. Bahkan rezki yang diidamkan pun bukan hak prerogatifnya untuk boleh diraih sekehendak hati.

Kematian sudah pasti menyedihkan orang yang ditinggalkan, meskipun sebenarnya orang yang mati tidak merasakan lagi duka selama hidup. Sebahagian pendapat menyebutkan, kesedihan atas meninggalnya orang yang kita kasihi sebenarnya adalah mengasihani diri sendiri. Kesedihan itu muncul kerana hilangnya orang yang disayang atau bimbang tidak tahu apa yang harus dilakukan kerana ketergantungan hidup pada si mati....dan seribu satu alasan kesedihan lainnya. Orang yang tidak berkait dengan orang yang mati sama ada sebagai ahli keluarga atau rakan rapat, tentu saja tidak bakal merasakan mendalamnya kesedihan.

Menangisi kematian secara wajar masih masih diperkenankan, namun berurai air mata berlebihan, meraung-raung, tidak dibenarkan dalam Islam. Alasannya, kematian adalah taqdir dan hak Allah, dan datangnya pasti dari Allah. Dia memiliki kita dan segalanya.  Menangisi kematian secara wajar adalah kesedihan biasa dan ia suatu fitrah insan, tetapi raungan dan ratapan menunjukkan penolakan pada ketetapan Allah akan usia manusia. Mungkin keikhlasan perlu waktu, tetapi keyakinan bahwa garis hidup di tangan Allah harus pada masa itu difahami dan dimngerti oleh manusia yang beriman.

Islam mengajar umatnya untuk mengambil hikmah dari sebuah bala termasuk kematian, kerana tidak ada satupun kejadian buruk yang tanpa izin-Nya. Sebuah bencana, misalnya sakit atau kecelakaan, termasuk kematian, pada dasarnya tidak berdiri sendiri. Jika bukan untuk diri orang yang mengalami bala atau kematian, yang harus mengambil hikmah adalah insan yang berada di sekitarnya untuk pengajaran "Ingatkan mati..buatlah persiapan menghadapinya!"

Kembali pada teman yang baru meninggal, kami yang ditinggalkan hanya mampu menyerahkan semuanya pada Allah seraya mencari hikmah. Seorang insan yang baik dan ramah, hingga akhir hayatnya ia tidak menemukan jodohnya, justeru Allah mencubanya dengan suatu penantian yang cukup perit baginya.  Mungkin buku hidupnya sudah berakhir setakat ini, namun kami semua yang ditinggalkan harus memahami alasan penantian tersebut sebagai suatu suratan bukannya kebetulan dan itulah rencana terbaik Yang Maha Esa untuk kebaikan manusia!

Tulisan ini kutujukan khas semua ahli keluargaku dan ahli keluarga mereka yang telah pergi dan untuk isteri dan anak-anakku aku berpesan,

Seandainya aku pergi menemui Tuhanku,
Janganlah kalian menangisi pemergianku,
Tetapi tangisilah tentang persiapan kalian untuk menyusuli kematian yang pasti
Hanya yang kuharapkan dari kalian sekalung doa isteri dan anak2
Mudah2an aku tidur lena dipeluk tanah bagaikan pelukan ibu
Dan aku bermohon,
"Ya Allah! Permudahkanlah aku di saat sakaratul maut!"
"Ya Allah! Akhirilah hidupku dengan husnul khatimah"
"Ya Allah jauhkanlah daku dari azab kubur-Mu dan azab api Neraka-Mu."
Aku sedang menanti giliranku yang tidak bernombor!

Abuyya

No comments:

Post a Comment